KEPRIHATINAN ORANG TUA, DI ERA GLOBAL
Oleh : Rohmat Afif As
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد
لله الحمد لله الـولى الـحـمـيد * الـمـبـد ىء الـمــعـيـد * الـفـعـال لـمـا
يـريـد *أحـمـده وأشـكـره سـبـحـانـه وتـعـالى عـلى فـضـلـه الـمـديـد * أشـهـد أن لأ اله الا الله وحده لا شـريك لـه الـحـمـيـد الـمـجـيد * شهادة تـنجي قـائـلـهـا مـن عـذاب شـديـد *
واشـهد أن محمدا عبـده ورسـوله خـيـر الأنـام يـدعو الى الأيـمـان
والـتـوحـيـد* اللهـم صـل وسـلم وبارك على
سـيد نامحمـد
الـمـبـعـوث الى الــحـيــاة الـحـمـيـد* صلاة تـنجينـا بهـا من الـبـلا يـا والـشـدائـد *
وعلى ألـه وأصــحابه
ومن تبعهم مـن صـالـح الـعـبـيـد* أمـابعـد فيـا عبـادالله أوصــيكم وايـاي بتقـوى
الله ذي الـعـرش الـمـجيـد* وَقَدْ قَالَ اللهَ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ
الْكَرِيْمِ
*حكايـة عـن
شـأن يـعـقــوب عـلـيـه الـسـلام* أَعُـوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ
الرَّجِيْمِ* بِسْـمِ
اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ * إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ
مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي
Saudara
saudara Kaum Muslimin Rahimakumullah,
Marilah
senantiasa kita tingkatkan taqwa kita kepada Allah dengan berupaya memenuhi perintah
Allah, dan meninggalkan segala yang dilarang, agar senantiasa kita mendapatkan anugerah rahmat dan
kebahagiaan sejak kita hidup di dunia
ini, sampai di akhirat kelak, dengan ridla
Allah Subhanahu wa Ta’ala ,
Amiin.
Marilah kita
sejenak memperhatikan sabda Nabi Ya’qub ‘Alaihis salam, ketika
mengumpulkan anak cucunya seraya bertanya, sebagaimana yang dikisahkan di dalam
Al Qur’an :
“Ketika
Ya’qub berkata pada putra putranya :
“Apa yang akan kalian sembah nanti sepeninggalku ?”
(QS. Al Baqarah
133).
Pertanyaan Nabi Ya’qub kepada putra putranya ini menggambarkan keprihatinan orang tua terhadap
generasi penerusnya dalam hal agama,
aqidah dan peribadatannya. Sebagai pelajaran bagi kita semuanya, bahwa kita harus senantiasa
memperhatikan peribadatan anak cucu
kita. Sedang kan Nabi Ya’qub sebagai seorang Nabi saja, begitu menghawatirkan
terhadap anak cucu keturunannya .
Apalagi anak anak kita, dimana kita hanya sebagai manusia biasa , tentu keadaan
anak anak kita akan lebih menghawatirkan. Kita tentu harus lebih memperhatikan,
terlebih kita hidup dimasa sekarang ini,
godaan lebih besar, pengaruh dan segala sesuatu sangat mengancam terhadap
i’tiqad dan keyakinan kita. Tak dapat kita pungkiri kehidupan di masa sekarang ini terasa semakin sulit dan berat, persaingan dalam hidup
semakin ketat. Semuanya lantaran pengaruh keadaan, hidup penuh dengan
persaingan, sehingga mempengaruhi cara hidup, dan pola pikir masyarakat yang
selalu tak pernah mau merasa kalah, juga tak pernah mau bersyukur menerima
keadaan. Bahkan selalu merasa kurang, karena selalu melihat yang serba lebih
dari kapasitas dirinya. Yang semuanya hanya
diukur dengan materi dan kebendaan. Akhirnya masyarakat kita senantiasa silau menatap
kehidupan yang serba glamour. Akhirnya kena penyakit matrialisme. Yang
lebih dikhawatirkan oleh orang tua pada umumnya terhadap anak cucu hanyalah masalah masalah materi, khawatir jika tidak
kebagian, mereka tidak seperti Nabi Ya’qub :
مـا تـعـبـدون
مـن بـعـدي
tetapi مـا
تــأكـلـون مـن بـعـدي
“ Apa yang akan
kamu makan setelah aku tiada”
Saudaraku
kaum Muslimin yang berbahagia,
Jarang jarang orang tua di zaman dan saat ini, yang memberikan perhatian terhadap anak anaknya dalam hal keyakinan dan
peribadatan seperti Nabi Ya’qub AS. Oleh
karena pemahaman tentang hidup yang
telah kacau lantaran pengaruh kehidupan
yang telah banyak
mempengaruhi
pola pikir mayoritas masyarakat
kita.
Paham yang serba materi dan kebendaan telah
merasuki pikiran masyarakat pada ummnya, membuat keadaan memjadi
berbalik dan kacau. Karena tuntutan
materi dan persaingan, sehingga orang hidupnya untuk bekerja, bukan bekerja
untuk hidup, untuk dapat memenuhi keinginan dan tujuan hidupnya. Sehingga tak
pernah menghitung tujuan jangka
panjangnya, menggapai kabahagian hidup di
dunia ini sampai di akhirat kelak. Tetapi yang dikejar
hanyalah tujuan jangka pendek, bagaimana
agar dapat tercapai keinginan dan impianya, supaya dianggap orang sukses, hidup tidak kalah
bersaing, harus selalu menang
persaingan. Bahayanya orang semacam ini
banyak melupakan ajaran dan tuntunan agama,
tak lagi memperhitungkan halal haram,
yang penting kesampaian dan tercapai keinginan. Selama tubuh sehat,
mampu berbuat, tanpa kenal waktu untuk istirahat, siang malam terus bekerja,
harus berkarya dan membawa hasil karya. Hidup hanya untuk bekerja.
Bahkan sampai rela sekalipun harus mengorbankan
jiwa dan raga. Akhirnya terbukti, harta benda yang sangat dicinta,
ternyata tak mampu melanggengkannya, apa lagi mempertahankan hidupnya. Ternyata
harta benda yang dihasilkan dengan susah
payah , belum sempat dinikmatinya, terpaksa semua harus ditinggalkannya,
hartanya tak mampu menghalangi kehendak
Allah Yang Maha Perkasa, ia dipanggil menghadapNya sebelum usia tua. Atau
sebaliknya justru harta benda yang meninggalkannya, karena dipaksa oleh keadaan
yang harus menguras harta benda kekayaannya untuk menebus obat penyakit yang
diderita, yang akhirnya hilanglah penyakitnya bersama nyawa yang hanya satu
satunya.
Oleh karena itu marilah kita luruskan faham kita tentang
hidup ini, bukan hidup untuk bekerja, tetapi bekerja untuk hidup. Sehingga
bekerja tidak dengan rakus harus menghasilkan sebanyak banyaknya, tetapi
sebatas sebagai sarana menyambung hidup, dan bukan sebagai tujuan hidup.
Adapun tujuan dan misi hidup ini adalah menghambakan diri
beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karenanya perhatian dan
rasa khawatir terhadap i’tiqad an keyakinan anak anak kita harus tertanam dalam
hati setiap orang tua, agar menumbuhkan upaya dan budi daya orang tua, demi
anak cucu generasi selanjutnya tetap melestarikan peribadatan dan keyakinan
generasi pendahulunya, sebagaimana firman Allah :
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ
ذُرِّيَّةً ضِعَافاً خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلاً
سَدِيداً
“Dan
hendaknya takut dan khawatir orang orang yang apabila mereka meninggalkan generasi yang lemah. Supaya mereka khawatir terhadap anak cucunya,
Dan hendaknya mereka takut kepada
Allah, dan hendaklah mereka mengucap dengan ucapan yang benar”.(QS.An
Nisa’ 9).
Saudara
ku Kaum Muslimin Rahimakumullah,
Allah telah memberi peringatan kepada kita para orang tua, jangan sampai kita
keliru mendidik dan mengasuh anak anak kita, yang harus kita khawatirkan
terhadap anak anak kita adalah lemahnya agama dan keyakinan anak anak
kita. Adapun tentang materi, ekonomi dan kehidupan, kita yakin
anak cucu kita nanti kan lebih pandai dari pada
kita semua. Coba kita tengok kebelakang tentang kehidupan kita dimasa
lampau, kita bandingkan dengan kehidupan
sekarang. Mestinya kita harus bersyukur, keadaan saat sekarang serba lebih makmur. Akan tetapi kenyataan
kita malah banyak ingkar, kufur tidak
bersyukur. Padahal orang tua kita dahulu
mendidik kita yang penting anak pintar, tak pernah membuat target tertentu. Kenyataan keadaan kita lebih baik ketimbang masa lampau.
Artinya kita tak perlu berlebihan mengkhawatirkan masa depan ekonomi generasi kita, tetapi yang
terpenting membekali dengan modal kepandaian dan ilmu pengetahuan. Yang harus
kita khawatirkan adalah manakala anak
cucu, kita tinggalkan dalam keadaan bodoh tanpa pengetahuan, lemah agamanya ,
lemah imannya. Karena yang akan menderita kerugian tidak hanya kereka tetapi
kita semua sebagai orang tua. Kenapa
kita tinggalkan generasi kita dalam keadaan bodoh, tentu oleh karena kita
kurang memberi perhatian dan mengabaikan kwajiban. Kita membawa amanat, tidak
hanya urusan sandang pangan , papan dan kesehatan saja, tetapi juga pendidikan,
terlebih agama, akhlaq dan aqidahnya,
menjadi kwajiban bagi orang tuanya .
Saudara
saudara Kaum Muslimin Rahimakumullah,
Marilah kita
sadar, kwajiban mendidik anak anak
kita, kita bekali mereka
pengetahuan, jangan sampai kita meninggalkan generasi yang bodoh tanpa
pengetahuan agama. Nabi memperingatkan para
orang tua,
مـن تـرك ولـده جـاهـلا كان كـل
ذنب عـمـلــه عـلـيــه
“Barang siapa yang meninggalkan
anak dalam keadaan bodhoh (tidak
mengerti agama) , niscaya dosa yang
dilakoni anak oleh sebab bodhonya, dibebankan kepada orang tuanya”
Semoga kita mendapat petunjuk dan pertolongan dari
Allah Ta’ala. Memenuhi amanat kwajiban mendidik anak anak kita, kelak kemudian
menjadi generasi yang shalih shalihat, selamat dunia akhirat. Amin
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ
فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ* وَنَفَعَنِي وَإِيَّا كُمْ بِااْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ* إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمِ *وَقُلْ رَبِّ اْغفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ
الرَّحِمِيْنَ*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar