Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Rabu, 20 Februari 2013

KHUTBAH JUM'AT

KEPRIHATINAN ORANG TUA, DI ERA GLOBAL
Oleh : Rohmat Afif As


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الحمد لله الحمد لله  الـولى الـحـمـيد *  الـمـبـد ىء الـمــعـيـد * الـفـعـال لـمـا يـريـد *أحـمـده وأشـكـره سـبـحـانـه وتـعـالى عـلى فـضـلـه الـمـديـد *  أشـهـد أن لأ اله الا الله وحده لا شـريك لـه  الـحـمـيـد الـمـجـيد *  شهادة تـنجي قـائـلـهـا مـن عـذاب شـديـد * واشـهد أن محمدا عبـده ورسـوله  خـيـر الأنـام يـدعو الى الأيـمـان والـتـوحـيـد*  اللهـم صـل وسـلم وبارك على سـيد نامحمـد الـمـبـعـوث الى الــحـيــاة الـحـمـيـد* صلاة تـنجينـا بهـا من الـبـلا يـا والـشـدائـد * وعلى ألـه وأصــحابه ومن تبعهم مـن صـالـح الـعـبـيـد* أمـابعـد فيـا عبـادالله أوصــيكم وايـاي بتقـوى الله ذي الـعـرش الـمـجيـد* وَقَدْ قَالَ اللهَ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ *حكايـة عـن شـأن يـعـقــوب عـلـيـه الـسـلام* أَعُـوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ* بِسْـمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ * إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي




Saudara saudara Kaum Muslimin Rahimakumullah,
Marilah senantiasa kita tingkatkan taqwa kita kepada Allah dengan berupaya memenuhi  perintah   Allah, dan meninggalkan segala yang dilarang, agar senantiasa  kita mendapatkan anugerah rahmat dan kebahagiaan sejak kita hidup di   dunia ini, sampai di akhirat kelak, dengan ridla  Allah Subhanahu wa Ta’ala ,  Amiin.
Marilah kita sejenak memperhatikan sabda Nabi Ya’qub ‘Alaihis salam, ketika mengumpulkan anak cucunya seraya bertanya, sebagaimana yang dikisahkan di dalam Al  Qur’an :
“Ketika Ya’qub berkata pada  putra putranya : “Apa yang akan kalian sembah nanti sepeninggalku ?”
(QS. Al Baqarah 133).

Pertanyaan  Nabi Ya’qub kepada  putra putranya ini  menggambarkan keprihatinan orang tua terhadap generasi  penerusnya dalam hal agama, aqidah dan peribadatannya. Sebagai pelajaran bagi  kita semuanya, bahwa kita harus senantiasa memperhatikan  peribadatan anak cucu kita. Sedang kan Nabi Ya’qub sebagai seorang Nabi saja, begitu menghawatirkan terhadap anak cucu  keturunannya . Apalagi anak anak  kita, dimana  kita hanya sebagai manusia biasa ,  tentu keadaan  anak anak kita akan lebih menghawatirkan.  Kita tentu harus lebih memperhatikan, terlebih  kita hidup dimasa sekarang ini, godaan lebih besar, pengaruh dan segala sesuatu sangat mengancam terhadap i’tiqad dan keyakinan kita. Tak dapat kita pungkiri kehidupan  di masa sekarang ini terasa semakin   sulit dan berat, persaingan dalam hidup semakin ketat. Semuanya lantaran pengaruh keadaan, hidup penuh dengan persaingan, sehingga mempengaruhi cara hidup, dan pola pikir masyarakat yang selalu tak pernah mau merasa kalah, juga tak pernah mau bersyukur menerima keadaan. Bahkan selalu merasa kurang, karena selalu melihat yang serba lebih dari kapasitas dirinya. Yang semuanya hanya  diukur dengan materi dan kebendaan. Akhirnya  masyarakat kita senantiasa silau menatap kehidupan yang serba glamour. Akhirnya kena penyakit matrialisme. Yang lebih dikhawatirkan oleh orang tua pada umumnya terhadap anak cucu  hanyalah masalah   masalah materi, khawatir jika tidak kebagian, mereka tidak seperti    Nabi Ya’qub :  
مـا تـعـبـدون مـن بـعـدي    
 tetapi   مـا تــأكـلـون مـن بـعـدي
 “ Apa yang akan kamu makan setelah aku tiada”

Saudaraku kaum Muslimin yang berbahagia,
Jarang jarang orang tua di  zaman dan saat ini, yang  memberikan perhatian  terhadap anak anaknya dalam hal keyakinan dan peribadatan seperti Nabi Ya’qub AS.  Oleh karena pemahaman tentang hidup   yang telah kacau lantaran pengaruh kehidupan  yang telah banyak
mempengaruhi  pola  pikir mayoritas masyarakat kita.
Paham yang serba materi dan kebendaan  telah  merasuki pikiran masyarakat pada ummnya, membuat keadaan memjadi berbalik dan kacau.  Karena tuntutan materi dan persaingan, sehingga orang hidupnya untuk bekerja, bukan bekerja untuk hidup, untuk dapat memenuhi keinginan dan tujuan hidupnya. Sehingga tak pernah menghitung  tujuan jangka panjangnya,  menggapai kabahagian  hidup di  dunia ini sampai di akhirat kelak. Tetapi yang dikejar hanyalah  tujuan jangka pendek, bagaimana agar dapat tercapai keinginan dan impianya, supaya   dianggap orang sukses, hidup tidak kalah bersaing, harus selalu  menang persaingan. Bahayanya orang semacam ini  banyak melupakan ajaran dan tuntunan   agama,  tak lagi memperhitungkan halal haram,  yang penting kesampaian dan tercapai keinginan. Selama tubuh sehat, mampu berbuat, tanpa kenal waktu untuk istirahat, siang malam terus bekerja, harus berkarya dan membawa hasil karya. Hidup hanya untuk bekerja. Bahkan sampai rela sekalipun harus mengorbankan  jiwa dan raga. Akhirnya terbukti, harta benda yang sangat dicinta, ternyata tak mampu melanggengkannya, apa lagi mempertahankan hidupnya. Ternyata harta  benda yang dihasilkan dengan susah payah , belum sempat dinikmatinya, terpaksa semua harus ditinggalkannya, hartanya tak mampu menghalangi  kehendak Allah Yang Maha Perkasa, ia dipanggil menghadapNya sebelum usia tua. Atau sebaliknya justru harta benda yang meninggalkannya, karena dipaksa oleh keadaan yang harus menguras harta benda kekayaannya untuk menebus obat penyakit yang diderita, yang akhirnya hilanglah penyakitnya bersama nyawa yang hanya satu satunya.
Oleh karena itu marilah kita luruskan faham kita tentang hidup ini, bukan hidup untuk bekerja, tetapi bekerja untuk hidup. Sehingga bekerja tidak dengan rakus harus menghasilkan sebanyak banyaknya, tetapi sebatas sebagai sarana menyambung hidup, dan bukan sebagai tujuan hidup.
Adapun tujuan dan misi hidup ini adalah menghambakan diri beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karenanya perhatian dan rasa khawatir terhadap i’tiqad an keyakinan anak anak kita harus tertanam dalam hati setiap orang tua, agar menumbuhkan upaya dan budi daya orang tua, demi anak cucu generasi selanjutnya tetap melestarikan peribadatan dan keyakinan generasi pendahulunya, sebagaimana firman Allah :
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافاً خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً
“Dan hendaknya takut dan khawatir orang orang yang apabila  mereka meninggalkan generasi yang lemah.  Supaya mereka khawatir terhadap anak cucunya, Dan hendaknya mereka takut kepada   Allah, dan hendaklah mereka mengucap dengan ucapan yang benar”.(QS.An Nisa’ 9).

Saudara ku Kaum Muslimin Rahimakumullah,
Allah telah memberi peringatan kepada  kita para orang tua, jangan sampai kita keliru mendidik dan mengasuh anak anak kita, yang harus kita khawatirkan terhadap anak anak kita adalah lemahnya agama dan keyakinan anak anak kita.  Adapun tentang    materi, ekonomi dan kehidupan, kita yakin anak cucu kita nanti kan lebih pandai dari pada  kita semua. Coba kita tengok kebelakang tentang kehidupan kita dimasa lampau,  kita bandingkan dengan kehidupan sekarang. Mestinya kita harus bersyukur, keadaan saat sekarang  serba lebih makmur. Akan tetapi kenyataan kita malah banyak  ingkar, kufur tidak bersyukur. Padahal orang tua  kita dahulu mendidik kita yang penting anak pintar, tak pernah membuat  target tertentu. Kenyataan keadaan  kita lebih baik ketimbang masa lampau. Artinya kita tak perlu berlebihan mengkhawatirkan  masa depan ekonomi generasi kita, tetapi yang terpenting membekali dengan modal kepandaian dan ilmu pengetahuan. Yang harus kita khawatirkan adalah manakala  anak cucu, kita tinggalkan dalam keadaan bodoh tanpa pengetahuan, lemah agamanya , lemah imannya. Karena yang akan menderita kerugian tidak hanya kereka tetapi kita semua sebagai orang tua.  Kenapa kita tinggalkan generasi kita dalam keadaan bodoh, tentu oleh karena kita kurang memberi perhatian dan mengabaikan kwajiban. Kita membawa amanat, tidak hanya urusan sandang pangan , papan dan kesehatan saja, tetapi juga pendidikan, terlebih agama, akhlaq  dan aqidahnya, menjadi kwajiban bagi orang tuanya .
Saudara saudara Kaum Muslimin Rahimakumullah,
Marilah kita   sadar, kwajiban mendidik anak anak  kita,  kita bekali mereka pengetahuan, jangan sampai kita meninggalkan generasi yang bodoh tanpa pengetahuan    agama. Nabi   memperingatkan     para  orang tua, 

مـن تـرك ولـده جـاهـلا كان كـل ذنب عـمـلــه عـلـيــه

“Barang siapa yang meninggalkan  anak dalam keadaan  bodhoh (tidak mengerti agama) , niscaya  dosa yang dilakoni anak oleh sebab bodhonya, dibebankan kepada orang tuanya”

Semoga  kita mendapat petunjuk dan pertolongan dari Allah Ta’ala. Memenuhi amanat kwajiban mendidik anak anak kita, kelak kemudian menjadi generasi yang shalih shalihat, selamat dunia akhirat. Amin 

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ* وَنَفَعَنِي وَإِيَّا كُمْ بِااْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ* إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمِ *وَقُلْ رَبِّ اْغفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّحِمِيْنَ*


Tidak ada komentar: